Penerimaan Pajak Hanya 70,2% Per Oktober 2025, Target Makin Sulit Tercapai

JAKARTA — Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat bahwa seluruh komponen penerimaan pajak pada APBN sampai dengan akhir Oktober 2025 turun apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Secara umum, penerimaan negara tercatat sebesar Rp2.113,3 triliun atau 73,7% terhadap outlook laporan semester I/2025 yakni Rp2.865,5 triliun. Penerimaan ini di tengah belanja negara sebesar Rp2.593 triliun atau 73,5% terhadap outlook Rp3.527,5 triliun. Dengan demikian, defisit tercatat Rp479,7 triliun atau 2,02% terhadap PDB.

Khusus penerimaan pajak, tercatat realisasinya sebesar Rp1.459 triliun atau baru 70,2% terhadap outlook Rp2.076,9 triliun. Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menjelaskan bahwa realisasi penerimaan pajak itu merupakan secara neto atau sudah termasuk dengan restitusi atau pengembalian pajak.

Apabila dibandingkan dengan realisasi bruto yang mencapai Rp1.799,55 triliun, maka ada pengembalian atau restitusi sekitar Rp340,5 triliun. Realisasi bruto itu juga tumbuh atau lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yakni Rp1.767,13 triliun.

Secara terperinci, realisasi penerimaan dari PPh badan dan PPh final, PPh 22 serta PPh 26 terpantau naik untuk realisasi brutonya.

Namun demikian, realisasi neto sampai dengan akhir bulan lalu hanya terkumpul Rp1.459,03 triliun atau baru 70,2% dari outlook. Penerimaan pajak neto itu juga lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yakni Rp1.517,54 triliun.

“Dengan data ini bisa dilihat PPh badan secara neto masih negatif, PPh 21 negatif karena bruto juga negatif. PPh final juga negatif sedikit di bawah tahun lalu,” terang Suahasil pada konferensi pers APBN KiTa edisi November 2025, Jakarta, Kamis (20/11/2025).

Secara terperinci, secara neto penerimaan PPh badan hanya Rp237,56 triliun atau turun 9,6% (yoy). Ini berbeda dengan realisasi brutonya yang tercatat Rp331,39 triliun atau tumbuh 5,3% (yoy).

Kemudian PPh orang pribadi (OP) atau pasal 21 turun lebih dalam yakni 12,8% (yoy). Adapun PPh final, PPh 22 serta PPh 26 realisasinya mencapai Rp275,57 triliun atau turun 0,1% (yoy), sedangkan PPN dan PPnBM turun hingga 10,3% (yoy).

PPN dan PPnBM secara neto tumbuh negatif atau terkontraksi lebih dalam dibandingkan realisasi brutonya. Apabila penerimaan brutonya tercatat Rp796,12 triliun atau turun 2,1% (yoy), penerimaan neto terkontraksi lebih dalam yakni 10,3% (yoy) menjadi Rp556,61 triliun.

“PPN dan PPnBM ini cukup tinggi artinya restitusi cukup tinggi,” ungkap Suahasil.

———————-

Artikel berjudul “Penerimaan Pajak Hanya 70,2% Per Oktober 2025, Target Makin Sulit Tercapai
dikutip dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20251120/259/1930416/penerimaan-pajak-hanya-702-per-oktober-2025-target-makin-sulit-tercapai